PUISI SENJA

LAMPANAIRI

Karya: Nur Atika, Sulawesi Tenggara

Menarik...

Kala kau ku jadikan sejarah terindah

yang ingin ku jajakki kembali

tempat yang menjadi penyembuh luka

yang ku jadikan pelarian  saat sesaknya pengharapan 

lantas Asa yang mana lagi

kala Senja mengajarkan bahwa disetiap bahagia

ada kelam yang menanti

Lampanairi...

kenangan terindah yang ku tak ingin jadi luka

Namun apalah daya kala segala yang terjadi

seperti senja datangnya sesaat memberi keindahan

dan pergi pada waktunya

dan ku menolak lupa

bahwa kala itu kau ku jadikan Asa

yang kan hadir seperti keindahan senja

yang selalu ku nikmati


Sebuah Aksara yang ku persembahkan untuk tempat yang mengajarkan banyak hal, baik masalah pertemanan, keluarga dan banyak hal, yang selalu ku anggap luka, yang mengubah pandangan ku tentang dunia, yang mengajarkan arti keluarga yang selalu negatif dari sudut pandang ku. Tempat yang kembali membangkitkan kecintaan ku mempelajari sejarah, kemarin ada beberapa sejarah di kampung tersebut yang sempat menjadi bagian dari penelitian kami.

Sejarah Pantai Jodoh

Pantai Jodoh Terletak diantara dua Desa yaitu Desa Lampanairi dan Desa Bola Kecamatan Batauga, Kabupaten Buton Selatan.

Pantai Jodoh awalnya dikenal dengan nama Tanjung Liana Wonti (Liana = Gua, Wonti = Nama Ikan). Yang rupanya sebuah nama dusun sekaligus Pusat Perdagangan pada masanya. Dimana Dusun tersebut menjadi tempat bertemu dan berkumpulnya orang-orang dari berbagai daerah, bahkan sejak sebelum zaman kerajaan Tobelo (Ternate).

Seiring berjalannya waktu, nama Pantai Jodoh mulai dikenal Masyarakat luas, kemudian pada tahun 1990-an berdasarkan program pemerintah dan hasil kesepakatan bersama masyakarat setempat kemudian  mengubah nama Tanjung LIanawonti menjadi Pantai Jodoh.

Sejarah Mata Air Kakenauwe

Mata Air Kakenauwe (Kake=Kaki, Uwe=Air)

Pertama kali di temukan pada masa penjajahan Jepang (1942-1945) oleh para tentara Jepang. Dimana pada masa itu mata air kakenauwe di jadikan sebagai tempat mandi sekaligus tempat cuci kaki oleh para tentara Jepang. Kemudian Seiring berjalannya waktu mata air tersebut di jadikan sebagai tempat pengambilan air bersih masyarakat desa kakenauwe sebelum  adanya mata air wandoke.

Lampanairi merupakan sebuah desa yang berada di Kecamatan Batauga, Kabupaten Buton Selatan. Masyarakatnya hidup dengan rukun, dan memiliki asas kekeluargaan yang begitu tinggi, pengaruh globalisasi terhadap desa tersebut masih dianggap minim, yang mana dapat kita lihat dari segi fashion masyarakat disana masih sangat sederhana dan seadanya, dari segi teknologi anak-anak, pemuda dan orang tua penggunaan terhadap Hanphone masih minim atau tidak terlalu menggunakannya, anak-anak kecil masih lebih suka bermain dengan alat tradisional, dan bersama teman-temannya, pemudanya juga dalam masih seperti zaman dahulu kumpul-kumpul bermain catur, bola, dll. Dari segi adat nya, mereka masih menjunjung tinggi adat istiadat nenek moyang mereka, seperti adanya "Pesta Air" yang merupakan bagian dari kepercayaan masyarakat Lampanairi, dan menjadi bentuk kesyukuran masyarakat atas masih adanya diberi air bersih, yang mana Pesta Air (Acara Adat) ini dilaksanakan setiap tahunnya di kisaran bulan Juni, yang dilaksanakan oleh seluruh masyarakat Lampanairi, dengan rangkaian kegiatan 1) Membersihkan Bak Air dan Area tempat mata air yang menjadi air bersih, 2) Acara makan bersama yang mana ibu-ibu disetiap rumah yang ada di desa tersebut membawa bermacam-macam makanan yang mereka masak sendiri, 3) Doa bersama sebagai bentuk kesyukuran atas adanya mata air yang menjadi sumber air bersih. Dan biasanya setelah rangkaian kegiatan telah terlaksana, baik anak-anak, pemuda maupun orang tua saling siram menyiram (Semua yang hadir harus basah), disini masyarakat dengan penuh antusias saling siram menyiram, Dari sini dapat kita lihat bahwa masyarakat Lampanairi masih memegang Kegotongroyongan, dan kebersamaan. 

Post lainnya dari NUR ATIKA
...
PUISI SENJA
About penulis
NUR ATIKA

""terus bergerak tanpa henti, terus berjalan nggak harus lari asal tetap pada ritme yang stabil, terus berkarya tanpa batas waktu""